Dulu mengenal yang namanya kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Atau bahasa kerennya kebutuhan yang mendesak dan kebutuhan yang tidak terlalu mendesak. Sekedar menyegarkan ingatan kita, dulu kebutuhan primer contohnya adalah berupa sandang, pangan dan papan (bukan papan tulis, papan pengumuman atawa papan iklan, tapi yang dimaksud adalah papan untuk rumah alias perumahan). Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan dliluar kebutuhan primer, atau bisa disebut kebutuhan yang boleh ada boleh tidak.

Dengan semakin mudahnya akses internet, maka akan membuat orang semakin bergantung ke ipadanya. Saya masih ingat dulu, saat internet masih sulit didapat dan masih menjadi kebutuhan mahal yang tak bisa dijangkau, saat masih jaman warnet Rp.10.000,- per jamnya. Bagi saya, yang saat itu masih berstatus siswi, hal itu sangat memberatkan. Belum lagi keberadaan warnet yang sangat jarang sehingga saya harus mengantri dan juga akses internet yang saat itu belum seperti sekarang. Atau waktu jaman dial-up, yang sering kali membuat saya mendapat sedikit wejangan dari Bapak tercinta karena tagihan telpon yang membengkak.
Jika dibandingkan dengan sekarang, dimana internet sudah bisa kita temukan dimana saja. Berbagai provider berlomba-lomba untuk menawarkan akses yang lebih cepat, lebih murah, bandwith besar, wireless, dsb. Internet akan membuat kita semakin kecanduan hingga akhirnya bergantung kepadanya dan akhirnya akan menjadi kebutuhan primer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar