Laman

Rabu, 01 Desember 2010

Browsing Pasangan Hidup

Hidup di kota kecil memang amat sangat berbeda dengan hidup di kota besar. Perbedaannya sangatlah klasik. Masalah gaya hidup sampai dengan pemikiran tentang bagaimana menjalani hidup. Saya memang tumbuh besar di sebuah kota kecil, tapi saya mempunyai kesempatan untuk belajar bagaimana hidup di kota besar. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Buat saya semua memiliki kenikmatan tersendiri.

Setelah empat tahun lamanya saya beradaptasi hidup di sebuah kota yang penuh dengan hiruk-pikuk kehidupan mahasiswa, dari yang glamor hingga perkampungan kumuh, dari  nongkrong di cafe hingga makan di pinggir trotoar, akhirnya saya kembali ke kota dimana saya  tumbuh besar. Di kota besar itu saya sebenarnya sudah mulai terbiasa hidup mandiri atau lebih tepatnya individualis. Gaya hidup yang sebenarnya kurang peduli dengan kehidupan sekitar. Atau kalau bahasa kerennya loe loe, gue gue. Amat sangat berbeda dengan kota kecil, dimana setiap tingkah laku kita menjadi sorotan dan perhatian. Dimana orang-orang disekitar kita terkadang sangatlah peduli dengan perjalanan kehidupan kita. 

"Nunggu apa lagi sih? Kuliah udah selesai, kerja sudah, umur juga udah pantas. Kenapa belum nikah?"
"Jangan terlalu milih-milih, nanti malah dapetnya jelek. Nanti keasyikan milih malah terlena."
"Masak nyari satu aja ngga dapet to? Buruan, nanti umurnya keburu lewat."

Tak ada yang salah memang. Mereka hanya terlalu peduli. Lingkungan mengajarkan mereka bahwa seorang wanita akan bahagia jika sudah berkeluarga. Apa lagi yang harus dicari perempuan kalau bukan pasangan hidup kemudian menikah dan punya anak. 

Kalau di kota besar keadaannya mungkin berbeda. Perempuan tak hanya mencari cinta, tak hanya berkompetensi mencari pasangan hidup. Tapi ada pemenuhan ambisi yang terkadang harus terpenuhi. Entah itu ambisi karier, pendidikan ataupun hasrat lainnya.  Bahwa kebahagian mereka tidak hanya diukur dari mereka sudah menikah atau belum.

Saya yakin semua perempuan punya impian untuk menikah. Begitu juga saya. Tapi saya masih punya banyak impian lain. Saya masih ingin membangun karier saya, saya masih ingin melanjutkan kuliah saya, saya masih ingin melanjutkan kurus Perancis saya, saya masih ingin belajar yoga, saya masih ingin menjadi penulis. Tapi sebenarnya semua itu bukanlah alasan kenapa saya belum punya impian untuk menikah.

Hari ini saya terbangun dengan pemikiran yang sangat konyol. Di jaman yang sudah supercanggih ini apa tidak bisa saya mencari pasangan hidup dengan hanya berseluncur ria di internet. Hanya tinggal mengetik keyword pasangan yang kita inginkan, maka ta da....munculah pilihan-pilihan yang kita inginkan. Apa tidak mungkin si  mesin pencari membantu saya???

Tidak ada komentar: