Laman

Minggu, 05 September 2010

Langit

“Tahukah kau langit di tempatku jauh lebih indah dari langit yang kita lihat sekarang.”
“Oh ya? Memangnya kita bisa melihat langit disana? Yang kutahu disana pasti mendung sepanjang hari”
“Memang. Tapi jika langit sedang terang, di  malam hari sangatlah indah. Tahu kenapa? Itu karena disana  lampu-lampu disana tak sebanyak disini. Jadi cahaya bintang bisa kita lihat lebih terang disana”
Percakapan itu masih jelas aku ingat. Saat itu kita ada di balkon kamar kosku. seperti biasa, kita mengobrol tak tentu arah. Tak bertema. Rasanya baru kemarin, tapi tak terasa percakapan itu sudah 4 bulan yang lalu.
Hari ini aku disini, di balkon kamar kosku, memandang langit yang pernah kita pandangi bersama. Sendiri. Aku tak tahu apa yang sedang kau lakukan disana. Di tempatmu. Apakah kau juga memandang langit yang sama? Apakah saat ini langit di tempatmu sedang cerah sehingga kau bisa memandanginya sambil mendengarkan lagu dari Ipod kesayanganmu?
Lelakiku. Kusebut kau lelakiku. Walaupun aku tahu kau mungkin tak akan pernah jadi lelakiku. Tapi aku ingin menyebutmu sebagai lelakiku. Seperti kau selalu bisa menyebutku perempuanmu. Perempuan penyuka sepatu dan whitecalla. Perempuan penyuka Sex and The City.
Tahukah kau, ketika kupandangi langit sekarang aku sedang sangat gelisah. Aku tak tahu kenapa. Mungkin karena tadi siang kita membicarakan pernikahan lagi. Pernikahanmu. Sampai saat ini aku masih takut jika aku mendengar tentang rencana pernikahanmu. Aku tahu seperti katamu merasa takut tak baik untukku. Tapi aku benar-benar belum siap untuk kehilanganmu sepenuhnya. Aku merasa benar-benar belum bisa. Aku memang sudah bisa melepaskanmu. Mencoba menikmati hubungan yang kita jalani sekarang. Melepaskan keinginanku akan hidup bersama denganmu. Merenda impianku bersamamu. Tapi aku belum siap kalau aku harus tak bisa lagi bertemu denganmu. Tak bisa berdebat hal yang tak penting lagi bersamamu. Jadi lelakiku, jika saat ini kita memandang langit yang sama walau dari tempat yang berbeda, dengarkanlah permintaanku padamu. Tunggulah aku agar aku bisa benar-benar siap kehilanganmu. Jangan pergi secepat itu dariku. Karena banyak hal yang belum kita diskusikan bersama. 

Tidak ada komentar: