Laman

Senin, 27 September 2010

Telaga




Pagi ini pertanyaan itu muncul kembali. Kenapa kita tak bisa berada di perahu yang sama. Kenapa tak boleh ada kata "kita" jika aku ingin hubungan ini baik-baik saja. Kenapa aku tak bisa menikmati pagi bersamamu, atau kenapa aku tak bisa melihat indahnya langit di tempatmu. Kenapa bukan aku.

Aku tahu mungkin rasamu padaku sudah tak ada lagi. Terkikis karena lelahmu telah terobati. Menguap karena dahagamu telah menemukan sumber air yang selalu menjadi tujuanmu. Tapi rasaku masih tetap ada. Karena rasaku bukanlah lelah. Bukanlah persinggahan. Rasaku hanyalah telaga kecil yang sempat menjadi tempatmu melepas penat saat kau mencari sumber mata airmu. Tak akan pernah berarti buatmu. Tapi telaga ini tak bisa mengering. Walau aku ingin. Karena alangkah baiknya jika telaga ini menguap kemudian hilang. 

Taukah kau, setiap kali kulihat langkah demi langkahmu menuju sumber air itu rasanya sangat menyesakkan. Rasanya udaraku mengering. Tapi mungkin kau tak akan pernah ingin tahu. Karena setiap kali aku bertanya "kenapa" kau hanya tersenyum kemudian berpaling. Perahu itu pernah menjadi impianku mengarungi samudra bersamamu. Tapi ternyata kau tak menginginkannya. Kau ingin kita berada di perahu yang berbeda karena tak cukup tempat bagiku untuk ada disana. 

Mimpiku tak pernah menjadi mimpimu. Tak pernah ada kata "kita". ........

Tidak ada komentar: