Laman

Rabu, 08 September 2010

Hujan

Bau wangi tanah itu membangunkanku pagi ini. Hujan. Langit masih sangat gelap tapi aku tak bisa lagi memejamkan mataku. Aku ingin melihat hujan turun. Aku ingin menghirup bau tanah itu. Aku ingin mengenangmu lelakiku. Kau selalu suka hujan. Mungkin karena kau lahir di sebuah tempat yang selalu turun hujan. Tempat yang selalu ingin aku kunjungi. Ingatkah kau pada perjalanan kita ke Jakarta. Saat itu hujan menyambut kedatangan kita. 
"Aku suka sekali hujan. Aku suka pola hujan yang jatuh mengenai kaca mobil. Lihat, indah bukan?"
Kau meletakan telunjukmu di kaca mobil dan mengikuti alur air hujan yang jatuh di kaca mobil. Kau memang seorang penggemar hujan. Saat itu aku suka sekali melihat ekspresimu, seperti seorang anak kecil yang telah menemukan mainan kesukaanya. 
Rasa rindu itu tiba-tiba saja datang menyerbuku. Rindu akan kenangan-kenangan kita di kota itu. Hujan selalu menemani perjalanan kita saat itu. Hingga akhir. Hingga kita harus pulang dan kembali ke dunia kita masing-masing. Hujan akan selalu mengingatkanku padamu. 
Lelakiku. Aku tahu aku harus melanjutkan hidupku tanpamu. Aku tahu kalau mungkin sebentar lagi aku akan benar-benar kehilanganmu. Tapi ada banyak sekali kenangan yang selalu bisa membuatku merindukanmu. Ada banyak sekali jejak yang kau tinggalkan. Dan hanya kenangan dan jejak inilah yang aku punya. Tak akan ada lagi yang tersisa saat kau sudah menjadi miliknya kelak.
Dia. Betapa beruntungnya dia bisa mempunyai kenangan tak berbatas denganmu. Dulu dia selalu merasa terancam akan keberadaanku. Tapi seharusnya dia tak perlu begitu. Kau selalu menjadi miliknya. Kau hanya belum bisa meninggalkan rasa nyaman yang kau dapat dariku. Tapi kau sepenuhnya miliknya....
Hujan...hantarkan pesanku padanya, pada lelakiku. Katakan padanya aku ingin dia melihat hujan lewat kaca jendela kamarnya sekarang. Maka dia akan tahu apa yang sedang aku rasakan sekarang....

Tidak ada komentar: