Laman

Selasa, 05 Oktober 2010

Korean Movie Night


Jadi ceritanya berkumpulah kami penghuni kos Wisma Galuh kemarin malam. Setelah (seperti biasa) pembahasan tentang gosip-gosip terpanas seputar anak-anak kos untuk hari itu selesai dibahas tuntas, kami semua mulai memikirkan apalagi yang harus kami lakukan agar tidak menyia-nyiakan waktu kami yang sangatlah berharga kemarin malam. Nah setelah berbagai macam pertimbangan akhirnya kami memutuskan menonton film. Tapi kemudian muncul masalah, film apa yang harus kami tonton. Maklumlah kami ini termasuk movie freaks, jadi semua film baru dari hollywood sampai bollywood terbaru sudah kami tonton. Bahkan pernah sampai kami kirim testimoni yang berisi cap jempol kaki kami masing-masing ke produser-produser film agar memproduksi lebih banyak film secepatnya (ah yang ini agak lebay...). 

Setelah dilakukan pemungutan suara, akhirnya dihasilkan suara terbanyak untuk menonton film korea. Tapi ada masalah lagi (ah kali ini terlalu banyak masalah), film korea apa yang mau kami tonton. Perdebatan yang panjang pun tak dapat dihindari. Tapi kemudian setelah musyawarah mufakat akhirnya kami memutuskan menonton film korea yang agak jadul. Dirilis sekitar tahun 2004. 

Nah, akhirnya dimulailah korean movie night. Sebenarnya kami semua sudah pernah menonton film itu, tapi entah kenapa kami masih tetap ingin menontonnya kembali. Walhasil selang setengah jam kemudian efek film itu mulai tampak. Untunglah persiapan kami saat mulai menonton sangatlah matang. Camilan, bantal empuk dan yang paling penting adalah sekotak tisu. Jadilah malam itu kami semua nangis-nangis bombay, mewek-mewek bersama. Ya, inilah efek film korea yang paling kentara. 

Sebenarnya saya sendiri bukanlah penggemar fanatik film korea apalagi yang genrenya drama romantis. Tapi sebenarnya banyak sisi baik yang bisa didapat, setidaknya buat saya. Film korea bisa mengurangi kesinisan saya akan yang namanya "cinta", bisa sedikit mengembalikan saya akan kepercayaan bahwa cinta sejati itu ada. Karena saya bukanlah orang yang percaya akan adanya cinta mati, cinta untuk selamanya atau cinta-cinta lain yang digambarkan secara hiperbola. Saya penganut paham "boyaisme". Tapi saya sadar  bahwa terkadang kadar paham itu terlalu besar dalam diri saya. Dan itu tidak baik. Itulah sebabnya saya perlu penetralisir. Dan film-film korea tersebut menjadi pilihan saya. Lagipula film-film korea, menurut saya termasuk cukup realistis. Tak seperti jenis film lain, yang sebagian besar ending nya selalu bahagia, film korea banyak menyajikan ending yang tak pernah kita duga sebelumnya. Ending yang lebih realistis. 

Korean movie night ini masih bersambung. Nanti malam mungkin kami perlu membeli tisu extra lagi. Sebenarnya saat ini saya mungkin sangat perlu menonton jenis film ini, mengingat saya baru saja kehilangan seseorang (yang pernah bilang "apa bagusnya film korea?") yang menyebabkan kadar ketidakpercayaan saya akan "cinta" meningkat drastis. Jadi mungkin saya perlu lebih banyak penetralisir......

Selamat hari rabu dan selamat menonton film korea.....

Tidak ada komentar: